Sunday, April 22, 2012

Memprediksi Arah Pergerakan IHSG Secara Sederhana


Banyak analis pasar modal Indonesia yang mengeluarkan analisanya hampir setiap hari. Diantara isi analisanya yang pasti ada adalah apakah Indeks Saham Indonesia (IHSG) akan bergerak naik, turun atau datar (sideway).

Secara sederhana penulis berusaha mendapatkan cara mandiri yang juga dipakai oleh analis pasar modal profesional untuk mendukung analisanya, yaitu dengan mengamati kondisi Harga Indeks Saham Global, yang terdiri dari :

Amerika :
- Dow Jones
- NASDAQ
- S&P 500

Eropa :
- FTSE (London, Inggris)
- DAX (Jerman)
- CAC (Perancis)

Asia :
- Hang Seng (Shanghai, China)
- Nikkei (Jepang)
- Strait Times (Singapura)

Index Saham tersebut dapat anda lihat secara update di berbagai website, antara lain : Finance.Yahoo.com, Reuters.com/finance, Bloomberg.com, WallStreetJournal.com, Kontan.co.id, dan masih banyak lagi website finance yang lain.

Perlu menjadi catatan bahwa index saham tersebut yang terpenting untuk menjadi patokan ada tiga yaitu : Dow Jones Industrial Average, FTSE, dan Hang Seng. Dow Jones yang mewakili Amerika (sebagai kiblat perekonomian global dimana perusahaan-perusahaan terbesar dunia listing di bursa tersebut), FTSE (Bursa London) yang mewakili kondisiperekonomian Eropa (karena perusahaan-perusahaan besar di Eropa sebagian besar masih listing di Bursa London Inggris), serta Hang Seng (Bursa China) yang mewakili kondisi perekonomian Asia.

Indeks Bursa Amerika dianggap Positif jika Index Dow Jones naik lebih dari 0.5%, jika naik kurang dari 0.5% atau turun tidak lebih dari -0.5% dianggap Mixed atau Sideway atau Datar (Flat). Jika turun lebih dari -0.5% maka dianggap Negatif. Jika Indeks turun lebih dari -2% kita harus waspada, sedangkan jika turun lebih dari 4% kita harus bersiap-siap akan ada koreksi pasar modal yang besar (berpotensi krisis). Indeks NASDAQ dan S&P dalam hal ini bisa dikatakan hanya sebagai analisa pelengkap Dow Jones karena jika Dow Jones naik lebih dari 0.5% tetapi NASDAQ atau S&P masih negatif maka dianggap kondisi Bursa Amerika masih Mixed atau Flat.

Begitu juga dengan Indeks Bursa Eropa dianggap Positif jika Index FTSE naik lebih dari 0.5%, jika naik kurang dari 0.5% atau turun tidak lebih dari -0.5% dianggap Mixed atau Sideway atau Datar (Flat). Jika turun lebih dari -0.5% maka dianggap Negatif. Jika Indeks turun lebih dari -2% kita harus waspada, sedangkan jika turun lebih dari 4% kita harus bersiap-siap akan ada koreksi pasar modal yang besar (berpotensi krisis). Indeks DAX dan CAC dalam hal ini bisa dikatakan hanya sebagai analisa pelengkap FTSE karena jika FTSE naik lebih dari 0.5% tetapi DAX atau CAC masih negatif maka dianggap kondisi Bursa Eropa masih Mixed atau Flat.

Tidak jauh berbeda dengan kondisi Indeks Bursa Asia dianggap Positif jika Index Hang Seng (HSI) naik lebih dari 0.5%, jika naik kurang dari 0.5% atau turun tidak lebih dari -0.5% dianggap Mixed atau Sideway atau Datar (Flat). Jika turun lebih dari -0.5% maka dianggap Negatif. Jika Indeks turun lebih dari -2% kita harus waspada, sedangkan jika turun lebih dari 4% kita harus bersiap-siap akan ada koreksi pasar modal yang besar (berpotensi krisis). Indeks Nikkei dan Strait Times dalam hal ini bisa dikatakan hanya sebagai analisa pelengkap Hang Seng karena jika Hang Seng naik lebih dari 0.5% tetapi Nikkei atau Strait Times masih negatif maka dianggap kondisi Bursa Eropa masih Mixed atau Flat. Mungkin ada yang kurang sependapat karena Indeks Bursa Jepang (Nikkei) dianggap lebih kurang berpengaruh dari Indeks Hang Seng, tetapi memang begitulah adanya, karena walaupun Jepang adalah negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia, tetapi perusahaan-perusahaan besar Jepang sebagian besar mempunyai lokasi, pasar, dan cabang di belahan dunia lain misal Amerika dan Eropa, belum lagi perusahaan-perusahaan tersebut juga listing di Bursa Amerika dan Eropa. Sehingga kondisi Bursa Domestik Nikkei (Jepang) pengaruhnya masih lebih lemah dari Bursa Hang Seng (China)

Bagaimana pengaruhnya terhadap Arah Pergerakan Saham Bursa Indonesia (IHSG), tentu saja merupakan penjumlahan dari kondisi-kondisi Bursa Amerika, Eropa dan Asia di atas. Jika ketiga-tiganya menunjukkan Positif maka tentulah Bursa Saham Indonesia kemungkinan besar bergerak Positif pula, sebaliknya jika Negatif semua maka Bursa Saham Indonesia kemungkinan akan bergerak Negatif pula. Perlu menjadi catatan bahwa Bursa Asia tetap memegang pengaruh terkuat karena sebagai Regional yang paling dekat dengan Bursa Indonesia, diikuti Bursa Amerika, setelah itu baru Bursa Eropa.

Kondisi Bursa Indonesia bisa tidak terpengaruh apabila ada penyebab domestik yang sangat besar pengaruhnya, misal Kenaikan Harga BBM, Bencana, Kenaikan Investment Grade dari Pemeringkat Asing, dsb. Kondisi yang sangat bagus untuk posisi Beli tentu saja adalah saat Bursa Indonesia turun karena penyebab domestik yang berlangsung sementara tetapi Bursa Global naik pesat, bisa dipastikan beberapa hari kemudian Bursa Indonesia akan naik juga mengikuti arah Bursa Dunia.

Untuk pengaruh naik-turunnya Indeks tersebut saat sesaat sebelum pembukaan ataupun sesaat sebelum penutupan Pasar Saham Indonesia (IHSG) akan penulis bahas di tulisan yang lain.

Penulis juga akan membahas Saham-saham yang Mendominasi Pengaruh Arah Pergerakan IHSG Bursa Indonesia

Disclaimer ON